Tidak semua yang aku tulis adalah aku :-)


Pengikut

Selasa, 10 Maret 2015

Menyesal?

"You don't know what you got 'til it's gone"


Entah bagaimana aku memulai tulisanku ini,yang ku tahu aku ingin meluapkan segera isi kepalaku yang rasanya akan meledak karena kepalang rindu akan hadirmu.

Lantas apa yang aku lakukan saat semua memori kita terus saja bermain di otakku? Mengatakannya? Tapi berbicara padamu adalah hal paling menakutkan untukku. Bagaimana tidak? Aku adalah orang yang membuatmu pergi lalu sekarang aku menginginkanmu kembali dengan alasan rindu? Lucu.
Egoku enggan melakukannya,itu memalukan.

Kuingat bagaimana dulu kamu bersikeras ingin bersama,bagaimana dulu kamu memperjuangkan segalanya agar berjalan baik,bagaimana dulu senyumu setiap kita berpapasan,dan bagaimana dulu kamu mengenalkanku dengan semua teman-temanmu. Tapi aku membalasnya dengan memberimu luka yang bahkan kamu tak pantas mendapatkannya.

2 tahun lalu adalah terakhir kalinya kamu mengantarkan ku pulang. Di perjalanan kamu bercerita banyak tentang bagaimana keluargamu,apa cita-citamu,dan jurusan apa yang ingin kamu ambil nantinya. Dari ceritamu kusimpulkan, kamu sudah menata semua masa depanmu. dan tak lupa kamu juga memberiku banyak nasihat lalu kita bersenda gurau tentang bagaimana kisah cintaku setelah kita putus.

Sekarang jangankan menyapa,kamu bahkan enggan membalas tatapanku. Sekarang, keadaan berubah. Akulah yang hanya bisa menatapmu dari jauh,menatap dengan tatapan penyesalan. Akulah yang hanya bisa melihatmu bersenda gurau dengan beberapa perempuan.

Ya,aku tahu semua ini akibat dari kesalahanku yang lebih mementingkan egoku dan mencampakkanmu begitu saja bagai sampah. Bagaimana aku bisa begitu jahat kepada seseorang yang bahkan akan melakukan apapun demi aku.

Sekarang,aku tahu rasanya dibuang. Sekarang aku tahu bagaimana rasanya menahan sakitnya rindu yang tak terbalaskan.

Andai kamu tahu yang ingin aku lakukan sekarang adalah memelukmu.

Sabtu, 10 Januari 2015

Berbicara soal...Rindu?

"Pain is demand to be felt" - The Fault In our Star.


Tau rasanya rindu? Tau bagaimana rasanya disiksa olehnya?
Tau rasanya penasaran? Tau bagaimana rasanya disiksa olehnya?
Menurutmu,mana yang paling sakit? disiksa oleh rindu atau rasa penasaran?
Aku tidak tau pilihanmu,tapi aku memilih rasa penasaran. Aku lebih enggan disiksa oleh rasa penasaran.

Aku tak yakin kamu bertanya alasannya,tapi aku tetap akan menjelaskan.
Saat disiksa rindu pernyataan yang ada hanyalah satu, "Aku merindukannya". Pertanyaan yang muncul lainnya adalah anak-anak dari pernyataan itu. Karena bila kamu merindukannya,kamu tidak peduli dia merasakan yang sama atau tidak.

Tapi bila kamu mempunyai banyak pertanyaan lain dibenakmu,itu bukan perasaan rindu melainkan penasaran. Jadi saat kamu dihampiri rindu lalu banyak pertanyaan yang muncul seperti "Dia sedang merindukan siapa ya?" "Apakah dia juga merindukanku?" dan sebagainya,saat itulah penasaran mengambil alih semuanya. Menyiksa? Ya. Karena saat kamu telah disiksa oleh sang penasaran, otakmu akan bekerja memainkan episode-episode yang belum pernah terjadi, lalu hatimu akan terkena efeknya. Otakmu seakan tak peduli bagaimana reaksi hati kecilmu,dia terus saja mengumpulkan segala sesuatu negatif yang mungkin atau benar-benar tidak akan terjadi.

Lalu tanpa sadar matamu seakan berkoordinasi bersama hatimu dengan menjatuhkan bulir-bulir bening bak hujan. Yaa,itu air mata. Memang, selalu ada korelasi antara hujan dan air mata.

Ruangan yang terasa sunyi ini bertolak belakang dengan otakmu. Otakmu seaakan tak tau siang dan malam. Ingin rasanya mengamuk,tapi pada siapa? Otakmu? Apakah kamu cukup gila bertarung dengan pemberian Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma? Ck.
Malam ini kusebut perang. Perang antara semua organ tubuhku. Perang yang tak bisa kusudahi kecuali aku cukup kuat untuk memejamkan mata dan tidur layaknya pengecut yang lari dari pertempuran.

Tapi aku tak sekuat itu. Rasa itu semakin kuat bila aku memejamkan mata,rasa itu semakin kuat bila aku menyangkalnya. Rasa itu akan diam bila aku menurut. Menurut untuk merasakannya sakitnya.

Sekarang kondisimu mengenaskan. Otakmu sudah berhenti menampilkan semua episode-episode film sedih itu tapi matamu masih saja tak berhenti mengeluarkan air,pipimu sudah seperti selang yang ditinggalkan menyala ditengah rerumputan,hatimu.... hati? Hancur.

Jadi? Ya,rasa sakit itu memang menuntut untuk dirasakan. Berhentilah menganggap kamu kuat,ini bukan bagaimana kamu melawannya tapi bagaimana kamu merasakannya.








"Kamu" yang aku bicarakan disini sesungguhnya adalah aku.

Kamis, 01 Januari 2015

Hidup di dunia nyata.

Liburan-ku kali ini di sponsori oleh beberapa genre film; Drama romantis,horror,Sci-fi dan beberapa film yang tak kutahu apa genrenya. Maklum,liburan ini keluarga ku tidak merencakan liburan yang bermakna.

Jadilah aku menonton film yang menguras hati dan otakku. Yah, setelah menonton beberapa film, aku makin yakin hidup ini kejam. Mengapa bala bantuan tidak segera datang saat aku sedang jatuh-jatuhnya seperti di film? Mengapa ksatria-ksatria tampan yang siap bertempur demi cintanya hanya ada di film?

Entah, akhir-akhir ini aku begitu  pesimis dengan hidup. Begitu memandang semuanya dengan negatif. Bahkan saat tidurpun aku tidak mau bermimpi yang terlalu muluk,terlalu jauh ku gapai. Bertemu dengan pangeran berkuda putih adalah contoh mimpiku yang terlalu muluk.

Hidup ini memang tidak adil. Tapi karna hidup memang tidak adil bagi semua orang,dengan berat hati kukatakan hidup itu adil. Adil karena membuat kita semua bertarung mendapatkan apa yang kita mau,Adil karena membuat kita semua berlutut dan menangis,Adil karena membuat kita semua pada akhirnya pasrah pada keadaan.

Hidup bahkan bagai momok menakutkan bagiku sekarang. Setiap kali aku bangun dari tidurku,perlu beberapa detik untuk menyadarkan diriku ini kehidupan nyata. Tak akan ada pangeran berkuda putih yang akan menunggu dan mencarikan kebahagiaan untukku. Tak akan ada ksatria-ksatria yang tiba -tiba membantuku saat ada rintangan yang terjadi.

Hidup memberikan ku seribu alasan untuk bahagia,alasan untuk bersuka cita dan bersenang - senang. Tapi dia juga memberikan sejuta alasan untuk menangis,untuk merintih dan marah pada keadaan. Hidup mengajarkanku tak akan ada kebahagiaan yang bertahan selamanya.

Hidup bahkan tidak mau berhenti sekejap saja. Hanya untuk biarkan aku bernafas sebentar, Hanya untuk biarkan aku merasakan lega sebentar saja. Dia berjalan terlalu cepat tanpa aku sadari hingga aku tak tahu harus kemana,tak tahu harus menangis karna alasan apa lagi.

Aku jadi teringat ucapan teman yang berkata "Jangan gantungkan kebahagiaanmu pada orang lain karna saat dia tak ada, kamu yang hancur"

Jumat, 22 Agustus 2014

Percayalah,teman.



Tak terhitung telah berapa bulan saya sendiri lebih tepatnya, menyendiri. Saya seperti enggan mengakrabkan diri kepada beberapa pria seperti yang biasanya kebanyakan para kaum hawa lakukan setelah ‘putus’. Saya seperti membangun tembok saya sendiri.,menjauh dari hiruk-pikuk dunia percintaan. 

Ya,saya memang termasuk kedalam golongan ‘beberapa perempuan’ yang saya sebut tadi,tapi itu dulu. Ya dulu, setelah putus saya tidak merasakan apapun, bahkan lega. Lega,karena rasanya seperti terbebas dari beberapa ikatan yang selama ini melilit saya bak tali yang merekat sangat rapat. Jahat? Memang. Tapi itulah faktanya,kebenarannya. 

Tapi, saya tetaplah manusia yang memiliki rasa. Rasa yang saya sebut kehilangan itu terjadi setelah beberapa minggu atau bulan saat kami putus hubungan.  Tak ada lagi canda dan sapaan garing di pagi hari yang biasa ia lontarkan. Semua yang dulu saya anggap biasa,hilang mendadak. Semua yang dulu saya anggap sebagai penghibur kesepian saya,hilang tanpa jejak. Saya merindukan sosoknya yang dulu saya anggap membosankan.

Mereka benar, kebodohan hanya dapat menyisakan penyesalan. Ketika semua kegiatan yang biasa kami lakukan dulu hanya bisa saya kenang. Kesepian ini sungguh amat membunuh saya, saya bahkan tersesat dalam alur yang saya buat sendiri. Menangis pada saat ini hanya dapat menambah kesesakan dada. 

Sosok orang yang mewarnai hidup saya, saya usir dengan sangat tidak layak. Sosok orang yang tak akan membiarkan kesepian mengunjungi saya,saya paksa pergi. Maaf-pun enggan saya ucapkan karena saya tahu, itu hanya akan menambah sayatan baru disana. 

Saya hanya bisa tersenyum pedih saat saya tahu,alasanmu untuk tersenyum sekarang bukan lagi saya melainkan dia,pasanganmu yang baru. Sungguh kamu pantas mendapatkan itu semua,mendapat kebahagiaan yang memang bukan berasal dari saya. Rela. Ikhlas. Walaupun kebahagianmu berarti,aku yang pergi. Enyah dar ceritamu.


Percayalah,teman. Aku-pun merasakan luka yang sama.

Senin, 14 April 2014

Mungkin aku terlalu berharap banyak

Rasanya semua terasa begitu cepat,kita berkenalan lalu tiba tiba merasa perasaan yang aneh. Tak ada percakapan biasa yang hadir diantara kita,seakan akan semua terasa begitu ajaib. Entahlah perasaan ini tumbuh tanpa mauku.

Aku menjadi takut kehilanganmu. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku. Nafas yang tercekat saat tau kamu menghilang dari pandangan mata. Salahkah bila kamu selalu ku nomorsatukan?

Tapi...Entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tidak sedalam perhatianku. Kamu mungkin belum paham apa yang aku rasakan. Kamu bahkan tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku sering menjatuhkan air mataku untukmu?

Entah kamu sadari atau tidak kamu sering menyakiti,tapi ku maafkan berkali kali. Aku selalu hanya bisa diam saat sosokmu selalu berubah-ubah. Seberapa tidak pentingnya aku dimatamu? Apa aku hanya sebuah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan juga kamu tinggalkan? 

Dimana letak hatimu? Aku tak bisa bicara banyak,juga tak bisa mengutarakan semua yang sudah terlanjur terjadi. Aku tak bisa mengatakan rindu,jika kamu selalu menciptakan jarak. Aku tak mungkin terus berjuang jika kau selalu menolak untuk diperjuangkan. Aku juga tak mungkin berharap kamu tinggal saat inginmu adalah pergi.

Aku tak bisa apa-apa selain membawa namamu kedalam percakapan panjangku dengan Tuhan. Sadarkah kata-katamu selalu menghancurleburkan mimpi-mimpiku? Kurasa tidak. Persetan dengan perasaanku,kamu tak pernah mau tau apalagi peduli. Terlalu banyak pertanyaan dalam benakku yang membuatku muak sendiri. Aku mengagumi mu yang tidak mengagumiku. Aku menyayangimu yang belum tentu paham rasa sayangku.

Aku bukan siapa-siapa dimatamu dan tidak akan pernah menjadi siapa-siapa. Namun,semua jauh dari harapku. Aku yang terlalu berharap banyak sehingga tak menyadari dirimu yang sebenarnya jauh dari genggaman. Akulah yang bodoh.

Tenanglah aku biasa tersakiti,apalagi sebabnya kamu. Tak perlu basa-basi aku biasa sendiri. Menjauhlah, aku ingin dekat-dekat kesepian saja. Disana lukaku terobati dan tak kutemui orang sepertimu yang berganti-ganti topeng dengan seringnya. Berkata sayang dengan mudahnya.


Dari seseorang yang kehabisan cara membuktikan rasa cintanya.
yang kelelahan memperjuangkan perasaannya.